Tradewa

Indonglish

Sebagai kaum pribumi Indonesia yang hampir seluruh hidupnya dihabiskan di kota besar, bahasa Inggris tidak lagi asing untuk saya. Di berbagai sudut kehidupan perkotaan dengan mudahnya ditemukan bahasa Inggris. Bahasa adidaya ini dipergunakan untuk advertensi, pengumuman event-event gaul anak muda, situs-situs lokal, dan yang paling tidak bisa lepas dari kita, ponsel.

Sebagai kaum pribumi Indonesia yang mendapat kesempatan untuk studi di negeri Belanda, saya mengamati suatu fenomena menarik bahwa pengaruh bahasa Inggris di Indonesia lebih kuat daripada di Belanda. Padahal Belanda adalah salah satu dari negara dengan rata-rata nilai TOEFL tertinggi di dunia (selama disini hanya 2 orang yang saya ketahui tidak kenal bahasa Inggris, dan umur mereka mungkin sudah sekitar 70-an). Di Belanda sini, penggunaan bahasa lokal masih sangat kental. Saya rasa di Jerman atau Prancis kondisi penggunaan bahasa lokal ini lebih parah lagi. Satu contoh lucu adalah penyebutan singkatan seperti PC, yang di Indonesia adalah pi-si, menjadi pe-se di Belanda, atau CD, yang di Indonesia adalah si-di dan di Belanda adalah se-de. Di kantor tempat saya magang sekarang contohnya, user interface mesin printer menggunakan bahasa belanda. Laptop dari kantor pun default-nya menggunakan bahasa Belanda. Begitu pula dengan ponsel teman-teman Belanda sekalian.

Pengaruh lebih jauh dari bahasa Inggris di Indonesia adalah kebiasaan mendeskripsikan sesuatu dalam bahasa Inggris, entah itu karena kurangnya padanan kata-kata di bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia, atau memang padanan kata yang tepat kurang populer. Pada dasarnya memang banyak kata-kata yang jauh lebih mudah dan lebih "dapat diterima" dalam percakapan jika kita menggunakan bahasa Inggris. Berikut salah satu contoh:

lu kalo mau jadi orang hebat harus bisa survive

Bandingkan dengan

lu kalo mau jadi orang hebat harus bisa bertahan (hidup)

Ada contoh lain yang jika kita menggunakan bahasa Indonesia sesungguhnya tidak terlalu aneh, tetapi istilah dalam bahasa Inggris lebih sering dipakai. Contoh:

Suara lu annoyying banget sih

Daripada

Suara lu mengganggu banget sih

Contoh lain adalah kata-kata default yang telah saya gunakan pada paragraf kedua. Sesungguhnya saya tidak tahu kata Indonesia apa yang cocok untuk dipadankan disitu. Payah.

Disini saya tidak akan memberi himbauan-himbauan klise kepada sudara-sudara untuk lebih mencintai bahasa Indonesia bla bla bla. Karena saya pun merasa cukup sulit jika harus menggunakan padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk bahasa Inggris yang sudah kadung populer. Bahkan saya kesulitan ketika untuk menggunakan bahasa Indonesia di ponsel.

Tujuan saya menulis hal ini adalah untuk memberikan pertanyaan yang sudah beberapa kali saya pikirkan. Apa di masa depan nanti bahasa Indonesia akan menciut karena banyak kata yang tergantikan oleh bahasa Inggris, dan apakah akan berakibat buruk pada masa depan negeri kita? Toh, tujuan utama komunikasi itu you understand I understand. Atau akankah bahasa Indonesia dapat dikategorikan sebagai budaya yang oleh karena itu harus dilestarikan? While in the meantime, bahasa Indonesia di sekolahan bukan favorit kebanyakan orang, dan saya dulu.

Eindhoven, 9 November 2015, Habis dota, sebelah toples salsa, sebelah tiket MU, hareupeun laptop, tukangen sofa, udud beak, rek meuli mahal.